Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Kajian

Menulis Al-Quran Dengan Huruf Latin

Dalam setiap penulisan surat maupun dalam lembaran surat kabar sering kita menemukan tulisan Asmaul muadzom dalam huruf 'ajami (latin). Ironisnya hal tersebut sering kita lihat berserakan di tempat-tempat yang tidak layak. Tentunya sebagai insan pesantren kita harus merespon persoalan ini.  Pertanyaan Apakah tulisan tersebut Masih dihukumi Asmaul Muadzom ketika ditulis dengan huruf latin ?  Jika masih dihukumi Asmaul Muazdom, siapakah yang patut disalahkan atas kejadian tersebut ? Jawaban Untuk Asma' Muadzom yang berupa Al-Qur'an dan ditulis dengan huruf latin, tetap dihukumi mushhaf atau Asmaul Muadzam menurut Imam Romly. Sedangkan untuk selain Al-Qur'an, belum terbahas. (فائدة) سئل الشهاب الرملي هل تحرم كتابة القرآن العزيز بالقلم الهندي أو غيره فأجاب بأنه لا يحرم لأنها دالة على لفظه العزيز وليس فيها تغيير له بخلاف ترجمته بغير العربية لأن فيها تغييرا وعبارة الإتقان للسيوطي هل يحرم كتابته بقلم غير العربي قال الزركشي لم أر فيه كلاما لأحد من العلماء و

Dalil Bidah Hasanah

Sejak dari jaman dulu kala, ulama ahlu sunah waljamaah telah menjelaskan konsep pembagian bidah menjadi bidah hasanah dan bidah sayyiah lengkap dengan dalilnya . Bidah hasanah adalah sesuatu yang tidak ada dijaman nabi namun berada dibawah naungan syariat dilihat dari segi keumuman dalil. Bidah sayyiah adalah sesuatu yang tidak ada dijaman nabi dan bertentangan dengan al-quran, hadits dan ijma’. Namun wahhabi menolak pembagian tersebut. Mereka bilang bidah tidak boleh dibagi. Nabi bersabda setiap bidah adalah sesat. Nabi yang maksum tidak membagi bidah. Namun ulama yang tidak maksum membagi bidah. Apakah anda akan memilih pembagian ulama yang tidak maksum dan meninggalkan sabda nabi yang maksum? Seperti itulah pertanyaan retorika wahhabi untuk menjebak umat islam agar mengikuti mereka. Namun sayang mereka tidak konsisten. Sebab pada kenyataannya mereka sendiri membagi bidah. Saya telah mengumpulkan fatwa ulama wahhabi yang membagi bidah dalam artikel berjudul Pembagian

Pembagian Bidah Fersi Wahhabi

Menurut wahhabi bidah tidak boleh dibagi. Nabi bersabda setiap bidah adalah sesat. Nabi yang maksum tidak membagi bidah. Namun ulama yang tidak maksum membagi bidah. Apakah anda akan memilih pembagian ulama yang tidak maksum dan meninggalkan sabda nabi yang maksum? Tentu saja saya akan memilih nabi yang maksum. Sebagai pengikut nabi yang haus akan ilmu pengetahuan nabawiyah saya mencoba mencari penjelasan lebih mengenai bidah. Dengan bermodalkan maktabah syamilah yang berisi 29.000 judul kitab, saya kira cukup untuk mencari refrensi yang membahas masalah ini. Dan benar, saya menemukan puluhan bahkan ratusan kitab yang membahas masalah bidah. Saya pun membaca kitab-kitab itu. Pertama-tama saya baca kitab Al-Ibda’ Fi Kamalisy Syar’I Wa khothoril Ibda’ yang ditulis oleh Syekh Utsaimin. Saya mulai membaca kitab itu dan pada halaman 13 mendapati kalimat berikut: قوله (كل بدعة ضلالة) كلية عامة شاملة مسورة بأقوى أدوات الشمول والعموم (كل) أفبعد هذه الكلية يصح أن نقسم البدعة إلي أقسام

Pendapat Mu’tamad Madzhab Syafii

Beberapa waktu lalu ada temen FB yang meminta saya untuk menulis runtutan pendapat yang mu’tamad dalam madzhab syafii.   Demi memenuhi permintaan itu maka dalam kesempatan ini saya akan menukil penjelasan dalam kitab I’anathut Tholibin sebagaiberikut: أن المعتمد في المذهب للحكم والفتوى ما اتفق عليه الشيخان، فما جزم به النووي فالرافعي فما رجحه الاكثر فالاعلم والاورع Artinya: sesungguhnya yang dijadikan pedoman dalam madzhab (Syafi’i-red) ketika menentukan suatu hukum dan fatwa adalah (1) yang disepakati oleh Imam Nawawi dan Imam Rofi’i, (2) yang ditetapkan oleh Imam Nawawi, (3) yang ditetapkan oleh imam Rofi’i (4) yang diunggulkan oleh mayoritas ulama, (5) yang paling alim, (6) oleh orang-orang yang paling wara’. (I’anathut Tholibin1/27) Jika Runtutan Pendapat Mu’tamad Madzhab Syafii maka selanjutnya lahir  pertanyaan kitab apakah yang bisa dijadikan sebagai pedoman berfatwa? Kitab yang bisa dijadikan sebagai pedoman adalah kitab karya Ibn hajar, Imam Romli, Imam Rofii,

Hukum Membaca Doa Kunut

Permasalah Hukum Membaca Doa Kunut Mayoritas masyarakat muslim Indonesia saat sholat subuh selalu membaca doa kunut setelah i’tidal. Sementara itu ada sebagian umat islam yang tidak melakukannya. Fenomena ini tentu melahirkan pertanyaan, bagaimana hukum kunut yang sebenarnya? Jawab: Seluruh ulama sepakat atas di syariatkannya kunut. Hanya saja mereka berbeda pendapat dalam menentukan tempat dan waktunya. Madzhab Maliki dan Madzhab Syafii berpendapat bahwa kunut dilakukan dalam sholat subuh. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam menentukan tempatnya. Menurut madzhab Maliki, tempat kunut adalah sebelum ruku’. Sedangkan menurut madzhab Syafi’i, tempat kunut adalah sebelum sujud. Madzhab Hanafi dan madzhab Hanbali berpendapat bahwa kunut itu dilakukan dalam sholat witir. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam menentukan tempatnya. Menurut madzhab Hanafi tempat kunut adalah sebelum ruku’. Sedangkan menurut madzhab hanbali tempat kunut adalah sebelum sujud. {Kitabul Fiqih

Mengirim Pahala Bacaan Quran

Dalam hayalan member Wahhabi, pahala bacaan qur’an yang dikirimkan kepada mayyit tidak sampai. Mereka menganggap hal tersebut adalah amalan bid’ah dholalah. Berulang kali kita katakan kepada mereka bahwa ini merupakan masalah khilafiyah sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Taimiyah dalam kitab Fatawinya. Artinya, ada yang melarang dan ada yang memperbolehkan.  Dalam kitab Al-Masail Wal Ajwabah 1/132 dijelaskan sebagai berikut: وأما السؤال عن القرآن إذا قرأه الأحياء للأموات فأهدوه إليهم هل يصل   ثوابه سواء كان بعيدًا أو قريبًا؟ الجواب: إن العبادات المالية كالصدقة تصل إلى الميت باتفاق الأئمة؛ لأنه تدخلها النيابة بالاتفاق، وأما العبادات البدنية كالصلاة والصيام والقراءة ففيها قولان للعلماء:   أحدهما: يصل ثوابها للميت، وهذا مذهب أحمد بن حنبل وأصحابه، وهو الذي ذكره الحنفية مذهبًا لأبي حنيفة، واختاره طائفة من أصحاب مالك والشافعي، وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «من مات وعليه صيام صام عنه وليه» فجعل الصيام يقبل النيابة.   ومنهم من قال: إنه لا يصل، وهو المشهو