Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2014

Kisah Pemuda Yang Gemar Mengadakan Peringatan Maulid Nabi

Dalam kitab Ianatut Tholibin dikisahkan seorang pemuda yang gemar mengadakan peringatan maulid nabi. Sebagai berikut: ) وَحُكِيَ) أَنَّهُ كَانَ فِيْ زَمَانِ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ هَارُوْنَ الرَّشِيْدِ شَابٌّ فِي الْبَصْرَةِ مُسْرِفٌ عَلَى نَفْسِهِ وَكَانَ أَهْلُ الْبَلَدِ يَنْظُرُوْنَ إِلَيْهِ بِعَيْنِ التَّحْقِيْرِ لِأَجْلِ أَفْعَالِهِ الْخَبِيْثَةِ غَيْرَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَدِمَ شَهْرُ رَبِيْعِ الْأَوَّلِ غَسَلَ ثِيَابَهُ وَتَعَطَّرَ وَتَجَمَّلَ وَعَمِلَ وَلِيْمَةً وَاسْتَقْرَأَ فِيْهَا مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَامَ عَلَى هَذَا الْحَالِ زَمَانًا طَوِيْلًا ثُمَّ لَمَّا مَاتَ سَمِعَ أَهْلُ الْبَلَدِ هَاتِفًا يَقُوْلُ اُحْضُرُوْا يَا أَهْلَ الْبَصْرَةِ وَاشْهَدُوْا جَنَازَةَ وَلِيٍّ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللهِ فَإِنَّهُ عَزِيْزٌ عِنْدِيْ فَحَضَرَ أَهْلُ الْبَلَدِ جَنَازَتَهُ وَدَفَنُوْهُ فَرَأَوْهُ فِي الْمَنَامِ وَهُوَ يَرْفُلُ فِيْ حُلَلِ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ فَقِيْلَ لَهُ بِمَ نِلْتَ هَذِهِ الْفَضِيْلَةَ قَالَ بِتَعْظِيْمِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ

Pendapat Mu’tamad Madzhab Syafii

Beberapa waktu lalu ada temen FB yang meminta saya untuk menulis runtutan pendapat yang mu’tamad dalam madzhab syafii.   Demi memenuhi permintaan itu maka dalam kesempatan ini saya akan menukil penjelasan dalam kitab I’anathut Tholibin sebagaiberikut: أن المعتمد في المذهب للحكم والفتوى ما اتفق عليه الشيخان، فما جزم به النووي فالرافعي فما رجحه الاكثر فالاعلم والاورع Artinya: sesungguhnya yang dijadikan pedoman dalam madzhab (Syafi’i-red) ketika menentukan suatu hukum dan fatwa adalah (1) yang disepakati oleh Imam Nawawi dan Imam Rofi’i, (2) yang ditetapkan oleh Imam Nawawi, (3) yang ditetapkan oleh imam Rofi’i (4) yang diunggulkan oleh mayoritas ulama, (5) yang paling alim, (6) oleh orang-orang yang paling wara’. (I’anathut Tholibin1/27) Jika Runtutan Pendapat Mu’tamad Madzhab Syafii maka selanjutnya lahir  pertanyaan kitab apakah yang bisa dijadikan sebagai pedoman berfatwa? Kitab yang bisa dijadikan sebagai pedoman adalah kitab karya Ibn hajar, Imam Romli, Imam Rofii,

Hukum Membaca Doa Kunut

Permasalah Hukum Membaca Doa Kunut Mayoritas masyarakat muslim Indonesia saat sholat subuh selalu membaca doa kunut setelah i’tidal. Sementara itu ada sebagian umat islam yang tidak melakukannya. Fenomena ini tentu melahirkan pertanyaan, bagaimana hukum kunut yang sebenarnya? Jawab: Seluruh ulama sepakat atas di syariatkannya kunut. Hanya saja mereka berbeda pendapat dalam menentukan tempat dan waktunya. Madzhab Maliki dan Madzhab Syafii berpendapat bahwa kunut dilakukan dalam sholat subuh. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam menentukan tempatnya. Menurut madzhab Maliki, tempat kunut adalah sebelum ruku’. Sedangkan menurut madzhab Syafi’i, tempat kunut adalah sebelum sujud. Madzhab Hanafi dan madzhab Hanbali berpendapat bahwa kunut itu dilakukan dalam sholat witir. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam menentukan tempatnya. Menurut madzhab Hanafi tempat kunut adalah sebelum ruku’. Sedangkan menurut madzhab hanbali tempat kunut adalah sebelum sujud. {Kitabul Fiqih

Mengirim Pahala Bacaan Quran

Dalam hayalan member Wahhabi, pahala bacaan qur’an yang dikirimkan kepada mayyit tidak sampai. Mereka menganggap hal tersebut adalah amalan bid’ah dholalah. Berulang kali kita katakan kepada mereka bahwa ini merupakan masalah khilafiyah sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Taimiyah dalam kitab Fatawinya. Artinya, ada yang melarang dan ada yang memperbolehkan.  Dalam kitab Al-Masail Wal Ajwabah 1/132 dijelaskan sebagai berikut: وأما السؤال عن القرآن إذا قرأه الأحياء للأموات فأهدوه إليهم هل يصل   ثوابه سواء كان بعيدًا أو قريبًا؟ الجواب: إن العبادات المالية كالصدقة تصل إلى الميت باتفاق الأئمة؛ لأنه تدخلها النيابة بالاتفاق، وأما العبادات البدنية كالصلاة والصيام والقراءة ففيها قولان للعلماء:   أحدهما: يصل ثوابها للميت، وهذا مذهب أحمد بن حنبل وأصحابه، وهو الذي ذكره الحنفية مذهبًا لأبي حنيفة، واختاره طائفة من أصحاب مالك والشافعي، وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «من مات وعليه صيام صام عنه وليه» فجعل الصيام يقبل النيابة.   ومنهم من قال: إنه لا يصل، وهو المشهو

Redaksi Sholawat Bidah Wahhbi

Sebagai sempalan yang lahir dari tempat timbulnya fitnah (Najed-red) tentu tidak afdhol jika wahhabi tidak usil terhadap amaliyah umat islam. Salah satunya adalah masalah membuat redaksi sholawat . Menurut wahhabi, redaksi sholawat harus datang dari Rosululloh. Redaksi yang tidak datang dari beliau berarti sholawat bidah yang sesat. Ustadz Achmad  Rofi’i, Lc. MM.Pd , d alam artikel berjudul Sholawat Yang Bukan Sholawat mengatakan: “Sholawat yang kita pelajari adalah bukan wewenang kita untuk mengarang-ngarang sendiri Redaksi / Kalimat Sholawat  tersebut, melainkan itu merupakan wewenang Rosuulullooh” Kontan mereka menyesatkan umat islam yang membaca sholawat badar, tibbil qulub, nariyah dan lain-lain yang rdaksinya disusun oleh ulama ahlu sunah waljamaah. Salah satu situs milik wahhabi akhwat.web.id pada 28- 2- 2008 merilis artikel berjudul Shalawat-Shalawat Bidah. Dalam artikel itu, wahhabi mencatat bebarapa sholawat yang mereka sebut bidah sesat karena redaksinya

Maulid Nabi: Dalil Wahhabi Runtuh Oleh Fatwa Ibn Taimiyah

Dalil yang paling agung yang digunakan oleh wahhabi untuk mengharamkan (melarang-red) maulid nabi adalah bahwa Nabi, sahabat dan ulama salaf tidak pernah melakukan maulid nabi. Mereka menggunakan kaidah seandainya maulid perbuatan baik niscaya mereka melakukannya. Pada kesempatan kali ini saya akan menukil fatwa Ibn Taimiyah yang oleh wahhabi digelari sebagai Syekhul islam untuk memperkuat bantahan saya dan sekaligus membuktikan bahwa dalil yang digunakan oleh para pelaku maulid nabi lebih kuat ketimbang dalil yang digunakan oleh wahhabi. Melarang sesuatu dengan dalil bahwa hal itu tidak dilakukan sebelumnya disebut istishab oleh ulama ushul fiqih. Dengan demikian dalil yang digunakan oleh wahhabi untuk mengharamkan maulid nabi adalah istishab. Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa istishab merupakan dalil yang paling lemah. Dalam Majmu’ Fatawa 23/15 dia berkata: أَنَّ التَّمَسُّكَ بِمُجَرَّدِ اسْتِصْحَابِ حَالِ الْعَدَمِ أَضْعَفُ الْأَدِلَّةِ مُطْلَقًا وَأَدْنَى دَلِيلٍ يُرَج

Inilah Dalil Peringatan Maulid Nabi

Pertanyaan yang selalu diajukan oleh penentang peringatan maulid nabi adalah Mana dalil Peringatan Maulid Nabi. Untuk menjawab pertanyaan itu maka saya katakan Inilah Dalil Peringatan Maulid Nabi.  Apa Itu Peringatan Maulid Nabi? Syekh Muhammad Ayidi dalam kitab Maulid Nabi menjelaskan pengertian peringatan maulid nabi sebagai berikut: الاحتفال بالمولد النبوي هو القيام بأعمال وتصرفات تدل على الفرح والمحبة لرسول الله صلى الله عليه وسلّم Artinya: “Peringatan maulid nabi adalah melakukan beberapa perbuatan yang menunjukan rasa senang dan cinta kepada Rosululloh SAW.” Peringatan maulid nabi bukanlah suatu ibadah melainkan adat. Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki dalam Mafahim berkata: “Berkumpul untuk memperingati maulid nabi adalah adat dan bukan ibadah.” Adat ini telah berlangsung sejak abad ke tujuh hijriyah. Pelopornya adalah raja Muzhofar; penguasa Ibril, Irak. Untuk lebih jelasnya silahkan baca artikel saya berjudul Sejarah Kelam Maulid Nabi? Waktu pelaksana