Skip to main content

Siapakah Wahhabi Itu? : Menelusuri Asal-Usul Istilah Wahhabi/Salafi dan Sejarahnya

Siapakah Wahhabi Itu? Mereka Adalah Pengikut Muhammad Ibnu Abdil Wahhab ; Menelusuri Asal-Usul Istilah Wahhabi/Salafi dan Sejarahnya,- 

Ahir-ahir ini istilah Wahhabi dipersoalkan oleh mereka yang menamakan diri sebagai salafi. Mereka tidak mau disebut sebagai wahhabi. Menurut mereka menyebut salafi sebagai Wahhabi adalah sebuah kekeliruan, baik dilihat dari segi bahasa maupun sejarah. Karenanya mereka sering mengajukan pertanyaan Siapakah Wahhabi Itu?

Sejarah Singkat Wahhabi


Wahhabi adalah aliran yang dinisbatkan terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi (1115-1206 H/1701-1793 M). Aliran ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran Ibn Taimiyah dan muridnya Ibn Qoyyim yang saat ini disebarkan oleh Bin Baz, Utsaimin, Al-bani dan lain-lain. 

Misi aliran yang berasal dari tempat keluarnya tanduk setan (Najed-red) ini adalah memerangi bid’ah dan kemuyrikan. Hanya saja mereka menjadikan pemahaman mereka sebagai standar kebenaran. Amalan apapun yang tidak sesuai dengan amalan mereka maka akan dinilai sebagai amalan bid’ah yang sesat.

Untuk mensukseskan misi itu, Muhammad Bin Abdul Wahhab bekerja sama dengan Muhammad Bin Su’ud sehingga keduanya berbagi tugas. Ibn Abdul Wahhab bertugas mengurus masalah agama sedangkan Ibn Su’ud bertugas mengurus masalah tatanegara dan politik.

Pembagian tugas ini tidak mandek pada keduanya saja tetapi menjadi warisan keturunan keduanya. Karenanya, keturunan Ibn Abdul Wahhab yang bergelar ‘alu syekh’, saat ini memegang otoritas keagamaan negara Saudi Arabiyah. Sedangkan keturunan Ibn Su’ud yang bergelar alu su’ud memegang otoritas politik negara tersebut. 

Menelusuri Asal-Usul Istilah Wahhabi/Salafi


Istilah Wahhabi sendiri diambil dari Nama Muhammad Bin Abdul Wahhab. Muhammad ini lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Abdul Wahhab. Karenanya, ajaran yang ia sebarkan disebut dengan ajaran Wahhabi. Otomatis, para pengikutnya juga disebut dengan Wahhabi. 

Penyebutan seperti ini sama persis dengan penyebutan rekan Muhammad Bin Abdul Wahhab, yaitu Muhammad Bin Su'ud. Pemeritahan Muhammad Bin Su'ud disebut su'udiyah. 

Penyebutan ini tidak mandek hanya pada masa pemerintahan Muhammad Bin Su'ud, tetapi terus berlaku pada pemerintahan keturunannya hingga sekarang. Karenanya Saudi Arabiyah juga dikenal dengan sebutan su'udiyah.

Salafi Tidak Mau Disebut Dengan Wahhabi


Meski dakwah salafi mengikuti ajaran Muhammad Bin Abdul Wahhab (Wahhabi-red) namun ternyata mereka tidak mau disebut dengan sebutan Wahhabi. Alasannya karena istilah itu digunakan untuk menghina dakwah ulama najed pada hususnya dan dakwah salafi pada umumnya. 

Banyak sekali web salafi yang menolak penisbatan wahhabi kepada ajaran Muhammad Bin Abdul Wahhab. Alasan yang mereka jukan beragam. 

Namun yang paling sering di katakan adalah bahwa penisbatan Wahhabi kepada ajaran Muhammad Bin Abdul Wahhab merupakan penisbatan yang salah baik secara bahasa maupun sejarah. Penisbatan ini dilakukan untuk menghina dakwah tauhid. 

Dan yang paling lucu, ada beberapa orang salafi yang berkata begini: "Hanya orang syiah yang menyebut salafi dengan sebutan wahhabi". Dus, setiap orang yang mengucapkan kata wahhabi langsung dicap sebagai syi'ah. 

Tanggapan Istilah Wahhabi Secara Bahasa


Menurut wahhabi, gelar wahhabi yang dinisbatkan kepada Muhammad Bin Abdul Wahhab adalah istilah yang salah. Sebab seharusnya, gelar itu adalah Muhammadi. Kemudian dengan ekstrimnya, mereka mengklaim gelar wahhabi adalah nisbat kepada Al-wahhab -salah satu asma Alloh-. 

Siapakah Wahhabi Itu? Mereka Adalah Pengikut Muhammad Ibnu Abdil Wahhab


Wahhabi (arab: وهابى ) adalah gelar untuk ajaran Muhammad Bin Abdul Wahhab. Mengapa Wahhabi? Mengapa bukan Muhammadi?

Karena Muhammad Ibnu Abdil Wahhab lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Abdil Wahhab. Kok bisa? Bagaimana rumusnya?

Rumusnya adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab-kitab nahwu bahwa jika penisbatan dilakukan pada isim alam (nama) yang murokab (tersusun) dengan tarkib Idhofi, maka apabila mudhofnya berupa kuniah seperti Abu, Umu, atau Ibnu maka mudhofnya dihilangkan kemudian dinisbatkan kepada mudhof ilaih. 

Ibnu Malik dalam alfiyahnya pada bab An-nasab berkata:

وَانْسُبْ لِصَدْرِ جُمْلَةٍ وَصَدْرِ مَا رُكِّبَ مَزْجَاً وَلِثَانٍ تَمَّمَا
إِضَافَةً مَبْدُوءةً بِابْنٍ أَوَ ابْ أَوْ مَالَهَ الْتَّعْرِيْفُ بِالْثَّانِي وَجَبْ
فِيْمَا سِوَى هذَا انْسُبَنْ لِلأَوَّلِ مَا لَمْ يُخَفْ لَبْسٌ كَعَبْدِ الأَشْهَلِ

Artinya: Nisbatkanlah kepada permulaan jumlah terhadap tarkib masji. (dan Nisbatkanlah) pada lafal kedua (mudhof ilaih) tarkib mudhof yang diawali dengan Ibnu, Ab, atau nama yang dikenal. Untuk nama selain ini, maka nisbatkanlah pada yang awal (mudhof) apabila tidak dihawatirkan adanya keserupaan seperti Abdul Asyhal.

Jika nisbah disandarkan pada isim alam yang murokab, maka ada tiga kemungkinan yaitu: murokab isnadi, mazji dan idhofi. Oleh karena Ibnu Abdil Wahhab merupakan isim alam murokab dengan tarkib idhofi maka mari kita simak penjelasan terkait masalah ini. 

Syekh Baha'uddin Abdulloh Bin Uqoil dalam Syarah Alfiyah Ibnu Malik 4/163 menjelaskan:

وإن كان مركبا تركيب إضافة فإن كان صدره ابنا أو أبا أو كان معرفا بعجزه حذف صدره وألحق عجزه ياء النسب فتقول في ابن الزبير زبيرى وفي أبي بكر بكري وفي غلام زيد زيدى

Penjelasan serupa juga datang dari Husain Bin Ahmad Dalam Syarah Alfiyah 1/92 :

Jika isim alam yang murokab dengan tarkib idhofi diawali dengan Ibnu, Ab, atau Um seperti Ibnu Abbas, Abu Bakar, Ummu Kultsum atau yang dikenal nama terahirnya seperi Ghulamu Zaid, maka nama yang pertama (mudhof) dibuang dan kemudian dinisbatkan pada nama ahir (mudhof ilaih). Maka dikatakan: Abbasi, Bakari, Kultsumi dan Zaidi.

Syekh Mustofa Bin Muhammad Salim Dalam kitab Jami'ud Durus Al-Arobiyah 41/3 menjelaskan:

Jika nisbah disandarkan pada isim alam (nama) yang murokab.... (sampai penjelasan tarkib idhofi),... apabila tarkibnya idhofi, maka jika mudhofnya berupa ab atau um atau ibnu (arab: ) maka mudhof dihilangkan dan disandarkan pada mudhof ilaih. Maka berkatalah kamu pada nama Abu Bakar, Umu Kultsum, Ibnu Abbas= Bakari, Kultsumi, Abbasi. 

Namun jika tidak seperti itu (tidak berupa kuniyah), maka nisbatkanlah pada lafal yang tidak memiliki kesamaran dan lafal yang lainnya dibuang. Maka pada nama Abdul Asyhal, Abdul Manaf, Abdul Muththolib, Abdud Dar, Abdush Shomad, berkatalah kamu Asyhali, Manafi, Mutholibi, Dari, dan Somadi. 

Muhammad Ibnu Abdil Wahhab lebih terkenal dengan sebutan Ibnu Abdil Wahhab. Kita tahu bahwa Ibnu Abdil Wahhab adalah isim alam murokab dengan tarkib Idhofi. Oleh karena nama ini diawali dengan kata Ibnu, maka ya nisbahnya diletakan pada mudhof ilaihnya yaitu Wahhab. Karenanya Ibnu Abdil Wahhab ketika diberi ya nisbah menjadi Wahhabi.

Mengapa Wahhabi? Mengapa Bukan Muhammadi?


Para pengikut salafi menganggap istilah wahhabi yang disandarkan pada Muhammad Bin Abdul Wahhab adalah penisbatan yang salah. Seharusnya, istilahnya bukan Wahhabi melainkan Muhammadi. 

Seandainya salafi jujur dan mau melihat realita, mereka tidak akan menolak penisbatan itu hanya karena nama aliran mereka tidak dinisbatkan kepada nama pendirinya. Sebab, tidak ada satu kaidahpun yang mengharuskan suatu penisbatan kudu kepada nama pendirinya. 

Fakta membuktikan bahwa banyak sekali kelompok yang tidak dinisbatkan kepada nama pendirinya. 

  1. Ada yang dinisbatkan kepada nama anaknya seperti madzhab Hanafi. Nama pendiri madzhab ini adalah Nu’man Bin Tsabit. 
  2. Ada juga yang dinisbatkan kepada nama kakeknya seperti madzhab Syafi’i. Nama pendiri madzhab ini adalah Muhammad Bin Idris Bin Abbas Bin Utsman Bin Syafi’. 
  3. Ada juga yang dinisbatkan kepada nama ayahnya seperti madzhab Hanbali. Nama pendirinya adalah Ahmad Bin Hanbal.


Apakah karena tidak dinisbatkan kepada nama pendirinya kemudian kalian akan berkata : “Ooo, penisbatan tiga madzhab itu, salah semua.” Jika demikian, mengapa kalian tidak merubah nama madzhab Hanbali menjadi Ahmadiyah?

Ada yang aneh dengan pernyataan Wahhabi. Mereka menolak istilah Wahhabi karena istilah tersebut tidak dinisbatkan kepada nama pendirinya yaitu Muhammad. Namun bersamaan dengan itu mereka menyetujui istilah yang dinisbatankan tidak kepada nama pendirinya. 

Mereka setuju pada penisbatan kerajaan su'udiyah. Mereka tahu bahwa nama pendiri kerajaan itu adalah Muhammad Ibnu Su'ud. Muhammad Ibnu Su'ud adalah rekan Muhammad bin ABdul Wahhab. Ibnu Abdul Wahhab bertugas mengurus masalah agama sedangkan Ibnu Su’ud bertugas mengurus masalah negara. 

Jika istilah su'udiyah dibenarkan, mengapa istilah wahhabi disalahkan? Bukankah keduanya sama-sama tidak dinisbatkan kepada nama pendirinya? Jawab wahhai Wahhabiyuun???!!!!!

Tanggapan Istilah Wahhabi Secara Tarikhi (sejarah)


Saking geramnya disebut sebagai wahhabi, DR. Muhammad Bin Sa’d menulis sebuah kitab berjudul Tashihu Khothoi Tarikhi Haulal Wahhabiyah untuk mengalihkan penisbatan wahhabi. 

Dalam kitab itu dijelaskan bahwa nama wahhabi bukan untuk para pengikut Muhammad Bin Abdul Wahhab melainkan untuk pengikut Abdur Rahman Bin Abdul Wahhab Bin Rustum yang berkembang pada abad ke-dua hijriyah. 

Barangkali si penulis menganggap buku yang lahir dari ‘hayalan’ yang mengisahkan dialog antara dirinya dan para ustadz salah satu universitas di Maroko itu mampu dijadikan sebagai hujah untuk menolak penisbatan tersebut. 

Karenanya ia mencetak buku itu yang kemudian disambut baik oleh para member wahhabi sehingga mereka menjadikan buku itu sebagai salah satu rujukan ketika menolak disebut sebagai wahhabi. 

Siapakah Wahhabi Itu? Mereka Adalah Pengikut Muhammad Ibnu Abdil Wahhab ; Menelusuri Asal-Usul Istilah   Wahhabi/Salafi dan Sejarahnya


Pada awalnya saya juga sempat tertipu dan meyakini bahwa penisbatan itu adalah suatu kesalahan. Namun setelah saya kaji; saya baca setiap kata-katanya dengan teliti, maka saya memberi komentar begini: “Ah buku ini hanya sebuah usaha dari ulama wahhabi untuk ngeles dari fakta bahwa penisbatan Wahhabi kepada Muhammad Bin Abdul Wahhab adalah penisbatan yang benar.”

Pada halaman 4, si penulis mengajukan pertanyaan : “Bukankah kalian meyakini bahwa Muhammad Bin Abdul Wahhab adalah orang yang pertama kali mendirikan Wahhabi Di Najd?” 

Kemudian si penulis menyuruh salah seorang untuk membaca kitab Al-Firoq Fi Syimali Ifrikiya. Pada huruf wawu terdapat penjelasan bahwa: “Wahbiyah atau Wahhabiyah adalah aliran Khorijiyah Abadhiyah yang didirikan oleh Abdur Rohman Bin Abdul Wahhab Bin Rustum.” (Tashihu Khothoi Tarikhi Haulal Wahhabiyah hlm. 4)

Penjelasan ini sama sekali tidak bisa dijadikan sebagai dalil untuk menyalahkan penisbatan wahhabi kepada Muhammad Bin Abdul Wahhab sebab ia hanya menjelaskan adanya kelompok yang bernama Wahhabi yang dinisbatkan kepada Abdur Rohman Bin Abdul Wahhab Bin Rustum. 

Justru penjelasan di atas membuktikan kebenaran penisbatan Wahhabi kepada Muhammad Bin Abdul Wahhab. Sebab nama ‘Wahhabi’ yang didirikan oleh Abdur Rohman diambil dari nama ayahnya yakni Abdul Wahhab sebagaimana ‘Wahhabi’ yang didirikan oleh Muhammad diambil dari nama ayahnya. Artinya, menisbatkan suatu kelompok kepada nama ayah pendiri kelompok itu bukanlah suatu kesalahan.

Alih-alih membenarkan penisbatan itu, sebagian wahhabi malah menuduh orang yang menyebut mereka sebagai wahhabi telah berbohong. Mereka berkata: “Seandainya mereka jujur, tentu mereka akan mengakui bahwa wahhabi adalah nama yang dinisbatkan kepada asma Alloh yaitu Al-Wahhab (Maha Pemberi).”

Padahal mereka tahu nama ‘wahhabi’ yang digunakan untuk menyebut pengikut Muhammad Bin Abdul Wahhab diambil dari nama Ibnu Abdil Wahhab. Apakah wahhabi akan mengatakan bahwa Ibnu Abdil Wahhab termasuk asma Alloh? Atau apakah wahhabi akan mengatakan bahwa nama Wahhabi yang didirikan oleh Abdur Roman Rustum juga diambil dari asma Alloh? 

Fakta ini membuat para member Wahhabi galau dan frustasi sehingga sebagian mereka ada yang dengan jujur mengaku bahwa mereka adalah wahhabi. 

Mereka berkata: “Jika memberantas bid’ah dengan menyebarkan sunah disebut Wahhabi, maka kami adalah Wahhabi. Jika memerangi kemusyrikan dengan mengajarkan tauhid disebut sebagai Wahhabi, maka kami adalah wahhabi.”

Kepada mereka saya katakan : “Kalian memang Wahhabi yang menuduh asy’ariyah sebagai ahlu bid’ah. Kalian memang wahhabi yang menganggap sesat pelafalan niat sholat, qunut subuh, maulid nabi, pembuatan redaksi sholawat, tahlilan. Kalian memang wahhabi yang menganggap tawasul dan istighosah dengan orang yang telah meninggal sebagai perbuatan syirik.” 

Walhasil, penisbatan wahhabi kepada Muhammad Bin Wahhab adalah penisbatan yang tepat dan tidak ada yang salah dari penisbatan itu sekalipun ada nama Wahhabi lain yang dinisbatkan kepada Abdur Rohman Bin Abdul Wahhab Ar-Rustum. 

Jadi, ada dua Wahhabi yang didirikan oleh dua orang yang berbeda yang hidup diabad yang berbeda pula. Pertama, Wahhabi Rustumiyah yang muncul pada abad ke-dua hijriyah. Mereka adalah kelompok yang dinisbatkan kepada Abdur Rohman Bin Abdul Wahhab Ar-Rustum. Kedua, Wahhabi Najdiyah yang muncul pada abad 10 hijriyah. Mereka adalah kelompok yang dinisbatkan kepada Muhammad Bin Abdul Wahhab An-Najdi. 

Setelah kita Menelusuri Asal-Usul Istilah Wahhabi/Salafi dan Sejarahnya Maka jika anda ditanya Siapakah Wahhabi yang sekarang ramai dibicarakan? maka jawabannya adalah Mereka Pengikut Muhammad Ibnu Abdil Wahhab An-Najdi. Wallohu a'lam. (QIA)

Comments

Popular posts from this blog

Nabi Muhammad Mempersaudarakan Muhajir dan Anshor

Persaudaraan  Muhajir dan Anshor Madinah yang saat itu bernama Yatsrib merupakan fase  baru  dalam hidup Nabi Muhammad . Di sini dimulainya suatu fase politik yang telah diperlihatkan oleh Muhammad dengan segala kecakapan, kemampuan dan pengalamannya, yang akan membuat orang jadi termangu, lalu menundukkan  kepala  sebagai  tanda  hormat  dan  rasa  kagum. Tujuannya yang pokok akan mencapai Yathrib - tanah airnya yang baru - ialah meletakkan dasar kesatuan politik dan organisasi, yang  sebelum  itu  di  seluruh  wilayah  Hijaz belum dikenal; sungguhpun jauh sebelumnya di Yaman memang sudah pernah ada. Sekarang Nabi Muhammad bermusyawarah dengan kedua wazirnya  Abu  Bakr dan  Umar  -  demikianlah  mereka dinamakan. Dengan sendirinya yang menjadi pokok pikirannya yang  mula-mula  ialah  menyusun barisan  kaum Muslimin serta mempererat persatuan mereka, guna menghilangkan segala  bayangan  yang  akan  membangkitkan  api permusuhan  lama di kalangan mereka itu. Strategi Nab

Melaksanakan Sholat Jum'at Di Jalan Raya, Bagaimana hukumnya?

Persoalan Melaksanakan Sholat Jum'at Di Jalan Raya, saat ini banyak dibicarakan di medsos. Mereka mencoba menjawab pertanyaan Bagaimana hukumnya? Ilustrasi Jawaban Tidak ada yang mensyaratkan sholat jum'at harus di dalam masjid selain madzhab Maliki. Madzhab Syafii yang diikuti oleh mayoritas warga Indonesia, tidak melarang sholat jum'at di luar masjid. Itu artinya, sholat jum'at di jalan raya tetap sah. Berikut ta'bir dalam kitab-kitab madzhab syafii: قال في حاشية الشرواني على تحفة المنهج قول المتن في خطة أبنية...... الخ اي وان لم تكن في مسجد. اھ وقال في مغني المحتاج على المنهاج ص ٤١٧ جز اول في قول المتن( أن تقام في خطة أبنية أوطان المجمّعين) اي وان لم تكن في مسجد. اھ وقال في شرح المحلي على المنهاج ص ٢٧٢ جز اول   في قول المتن ( أن تقام في خطّة أبنية أوطان المجمّعين) لأنها لم تقم في عصر النّبيّ صلى اللّه عليه وسلّم والخلفاء الراشدين إلاّ في مواضع الإقامة كما هو معلوم وهي ما ذكر سواء فيه المسجد والدّار والفضاء ..اھ قال

Tafsir Surat An-Nisa : 47 Tentang Hari Sabtu

Tafsir Surat An-Nisa : 47 Tentang Hari Sabtu , - Dalam al-quran, diahir surat anisa’ ayat 47 terdapat kalimat (yang artinya) “atau kami laknat mereka sebagaimana kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari sabtu...” Di sana terdapat kalimat hari sabtu dan tentunya ini melahirkan pertanyaan tentang hari sabtu dan itulah yang ditanyakan oleh member grup Fiqih Madzhab Syafi’i yang saya dirikan di facebook. Berikut pertanyaan tentang Tafsir Surat An-Nisa Ayat 47 Tentang Hari Sabtu. Alam Poetra Losariez السلا م عليكم .... Mohon penjelasan para alim,ustadz,ustadzah . Dalam surat an_nisa ayat 47 (d terakhir surat )yangg ber bunyi : ٠٠٠٠اونلعنهم كما لعنا اصحب السبت وكان امرالله مفعولا(٤٧) “... ataw kami laknat mereka sebagaimana kami melaknat orang-orang(yang berbuat maksiat) pada hari sabat(sabtu).dan ketetapan bagi allah pasti berlaku(Q,S an_nisa ayat 47) Pertanyaannya ... : ada apa dengan hari sabtu ? apakah hari sabtu hari yang d istimewakan a