Skip to main content

Ulama Wahhabi Membolehkan Perayaan Hari Ulang Tahun

Ulama Wahhabi Membolehkan Perayaan Hari Ulang Tahun Pada 10 Rabi’ul Awwal 1435 H / 11 Januari 2014 situsalmnatiq.net mempublikasikan pendapat anggota dewan senior Ulama Kerajaan Saudi Arabia tentang Peringatan Hari Kelahiran dan Kemenangan.

Ulama Senior Kerajaan Saudi Arabia yang bernama Syaikh Dr. Qais al-Mubarak mengeluarkan fatwa bahwa tidak ada masalah bagi umat Islam untuk mengadakan perkumpulan memperingati suatu peristiwa yang dipandang boleh di dalam agama dengan syarat bahwa kegiatan itu tidak diyakini sebagai bagian dari syiar Islam.

Al-Mubarak mengatakan bahwa selama ini masyarakat selalu mengadakan acara terkait dengan peristiwa kesuksesan seseorang atau keberhasilan salah seorang anak meraih gelar sarjana (menyelesaikan pendidikan), atau berkaitan dengan ulang tahun atau peristiwa-peristiwa lainnya. 

Patokan yang digunakan bahwa perkumpulan seperti itu dibolehkan adalah tidak meyakini bahwa keterkaitan itu adalah bagian dari sunnah yang dianjurkan atau termasuk ke dalam syiar Islam. 

Demikian pula halnya, tidak ada halangan untuk mengkhususkan satu hari di dalam satu tahun atau satu bulan atau keseharian untuk mempelajari fikih, hadits, sejarah atau keagungan Nabi Muhammad atau ilmu-ilmu agama lainnya.

Beliau juga menambahkan sebagaimana dilansir oleh Majalah al-Hayat bahwa tidak ada halangan pula memanfaatkan momen-momen keagamaan, seperti Hijrah Nabi, Isra Mi’raj atau yang lainnya, untuk memberikan peringatan, nasihat dan bimbingan kepada umat. 

Semua peringatan terhadap momen keagamaan ini, menurutnya, merupakan perbuatan yang baik dan merupakan kebiasaan syariat, dan tidak bisa dianggap sebagai perbuatan bid’ah yang diharamkan, kecuali bila seseorang yang melakukannya meyakini sebagai syiar Islam yang dianggap sunnah, atau beranggapan bahwa siapa yang meninggalkannya, dianggap meninggalkan sunnah.

بيَن عضو هيئة كبار العلماءالدكتور قيس المبارك أنه لا حرج للإنسان في أن يحتفل بأية مناسبة من المناسبات المباحة، شريطة عدم الاعتقاد بأنها شعيرة من شعائر الإسلام.
    وقال المبارك «هناك احتفالات مباحة مثل مناسبة نجاح الشخص أو نجاح أحد أولاده، أو الحصول على شهادة، أو التخرُّج في الجامعة أو بمناسبة مرور عامٍ أو أعوام على ولادته أو ولادة عزيزٍ عليه، أو غيرها من المناسبات، على ألا يعتقد أن هذه المناسبات سنة مندوبة أو شعيرة إسلامية، وكذلك لا حرج في تخصيص يوم كل عام أو كل شهر أو يومياً أو أقلَّ أو أكثر، لقراءة درس في الفقه أو في الحديث أو في السيرة أو الشمائل النبوية أو في أي علم من العلوم».

    وأضاف وفقًا لما أوردته صحيفة “الحياة” بانه لا حرج في اغتنام أية مناسبة كمناسبة الهجرة النبوية أو الإسراء والمعراج أو غيرها للتذكير والتوجيه والإرشاد، فكل هذه المناسبات أعراف وعوائد مشروعة، فلا تكون بدعة محرَّمة إلا إذا فعلها أحدٌ معتقداً أنها شعيرة إسلامية مندوب إليها، أو أن يعتقد بأن من تركها فقد ترك سنة من السنن.

Comments

Popular posts from this blog

Nabi Muhammad Mempersaudarakan Muhajir dan Anshor

Persaudaraan  Muhajir dan Anshor Madinah yang saat itu bernama Yatsrib merupakan fase  baru  dalam hidup Nabi Muhammad . Di sini dimulainya suatu fase politik yang telah diperlihatkan oleh Muhammad dengan segala kecakapan, kemampuan dan pengalamannya, yang akan membuat orang jadi termangu, lalu menundukkan  kepala  sebagai  tanda  hormat  dan  rasa  kagum. Tujuannya yang pokok akan mencapai Yathrib - tanah airnya yang baru - ialah meletakkan dasar kesatuan politik dan organisasi, yang  sebelum  itu  di  seluruh  wilayah  Hijaz belum dikenal; sungguhpun jauh sebelumnya di Yaman memang sudah pernah ada. Sekarang Nabi Muhammad bermusyawarah dengan kedua wazirnya  Abu  Bakr dan  Umar  -  demikianlah  mereka dinamakan. Dengan sendirinya yang menjadi pokok pikirannya yang  mula-mula  ialah  menyusun barisan  kaum Muslimin serta mempererat persatuan mereka, guna menghilangkan segala  bayangan  yang  akan  membangkitkan  api permusuhan  lama di kalangan mereka itu. Strategi Nab

Melaksanakan Sholat Jum'at Di Jalan Raya, Bagaimana hukumnya?

Persoalan Melaksanakan Sholat Jum'at Di Jalan Raya, saat ini banyak dibicarakan di medsos. Mereka mencoba menjawab pertanyaan Bagaimana hukumnya? Ilustrasi Jawaban Tidak ada yang mensyaratkan sholat jum'at harus di dalam masjid selain madzhab Maliki. Madzhab Syafii yang diikuti oleh mayoritas warga Indonesia, tidak melarang sholat jum'at di luar masjid. Itu artinya, sholat jum'at di jalan raya tetap sah. Berikut ta'bir dalam kitab-kitab madzhab syafii: قال في حاشية الشرواني على تحفة المنهج قول المتن في خطة أبنية...... الخ اي وان لم تكن في مسجد. اھ وقال في مغني المحتاج على المنهاج ص ٤١٧ جز اول في قول المتن( أن تقام في خطة أبنية أوطان المجمّعين) اي وان لم تكن في مسجد. اھ وقال في شرح المحلي على المنهاج ص ٢٧٢ جز اول   في قول المتن ( أن تقام في خطّة أبنية أوطان المجمّعين) لأنها لم تقم في عصر النّبيّ صلى اللّه عليه وسلّم والخلفاء الراشدين إلاّ في مواضع الإقامة كما هو معلوم وهي ما ذكر سواء فيه المسجد والدّار والفضاء ..اھ قال

Tafsir Surat An-Nisa : 47 Tentang Hari Sabtu

Tafsir Surat An-Nisa : 47 Tentang Hari Sabtu , - Dalam al-quran, diahir surat anisa’ ayat 47 terdapat kalimat (yang artinya) “atau kami laknat mereka sebagaimana kami melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari sabtu...” Di sana terdapat kalimat hari sabtu dan tentunya ini melahirkan pertanyaan tentang hari sabtu dan itulah yang ditanyakan oleh member grup Fiqih Madzhab Syafi’i yang saya dirikan di facebook. Berikut pertanyaan tentang Tafsir Surat An-Nisa Ayat 47 Tentang Hari Sabtu. Alam Poetra Losariez السلا م عليكم .... Mohon penjelasan para alim,ustadz,ustadzah . Dalam surat an_nisa ayat 47 (d terakhir surat )yangg ber bunyi : ٠٠٠٠اونلعنهم كما لعنا اصحب السبت وكان امرالله مفعولا(٤٧) “... ataw kami laknat mereka sebagaimana kami melaknat orang-orang(yang berbuat maksiat) pada hari sabat(sabtu).dan ketetapan bagi allah pasti berlaku(Q,S an_nisa ayat 47) Pertanyaannya ... : ada apa dengan hari sabtu ? apakah hari sabtu hari yang d istimewakan a