Banyak situs wahhabi yang menulis artikel sejarah kelam maulid nabi. Karena penasaran kemudian saya membaca artikel itu dari awal hingga ahir. Subtansi dari artikel Sejarah Kelam Maulid Nabi ada dua. Pertama, Maulid Nabi berasal dari dinasti Fatimiyyun. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Maqrizi, Bakhit Al-Muti’iy dan Ali Mahfudz. Ke-dua, Ulama Ahlu Sunah Wal-Jama’ah seperti Abu Bakar Al-Baqilani dan Imam Ghozali menentang aqidah dinasti tersebut.
Ada dua point
yang akan saya tanggapi dari artikel Sejarah Kelam Maulid Nabi. Pertama,
judul artikel. Ke-dua, isi artikel.
Pertama; Judul
Artikel Sejarah Kelam Maulid Nabi
Saat membaca
judul artikel Sejarah Kelam Maulid Nabi, saya pikir sipenulis akan menunjukan
adanya sejarah pembantaian yang disebabkan oleh maulid nabi. Sebab, secara umum
kalimat Sejarah Kelam menunjukan adanya suatu kejahatan seperti pembunuhan atau
penyiksaan.
Untuk lebih
jelasnya, silahkan anda ketik kata kunci sejarah kelam di google. Maka yang
akan muncul adalah artikel-artikel yang membahas kasus kejahatan. Sebagai contoh
artikel sejarah kelam tokoh-tokoh dunia. Dalam artikel ini dipaparkan kejahatan
beberapa nama tokoh yang mana mereka melakukan pembunuhan dan penyiksaan.
Silahkan anda
ketik kata kunci sejarah kelam wahhabi di google. Maka anda akan menemukan
artikel-artikel yang berisikan kejahatan wahhabi. Salah satunya adalah artikel
Sejarah Kelam Pendiri Kerajaan Wahhabi di Najd. Dalam artikel tersebut
dipaparkan pembantaian yang dilakukan oleh raja wahhabi bernama Abdul Aziz.
Berikut sekilas
dari sejarah kelam yang dilakukan Abdul Aziz yang terangkum dalam kitab Unwanul
Majd fi Tarikh an-Najd karya Utsman bin Bisyr seorang sejarawan
Saudi urutan ketiga dari lima sejarawan Saudi yang paling diandalkan ulama
wahabi :
وفيها سار عبد
العزيز رحمه الله بالجيوش المنصورة إلى الإحساء وأناخ بالموضع المعروف بالمطريفي
في الإحساء وقتل منهم رجالا كثيرا نحو السبعين رجلاً وأخذ أموالاً كثيرة، ثم أغار
على المبرز فقتل من أهلها رجالا
Artinya :“ Dan pada tahun 1176 H, Abdul Aziz Rahimahullah bersama bala
tentaranya ke negeri Ihsa dan berhenti di daerah Mathrifi di Ihsa, kemudian ia
membunuh tujuh puluh orang di sana dan merampas harta yang banyak, kemudian
berlanjut lagi ke daerah Mabraz dan juga membunuh banyak orang di sana “.
(Unwan al-Majd fii Tarikh an-Najd, Utsman bin Bisyr : 1/43)
Jadi secara
umum kalimat “sejarah kelam” digunakan untuk menunjukan sejarah kejahatan. Tetapi isi
artikel Sejarah Kelam Maulid Nabi sama sekali tidak menunjukan adanya
kejahatan yang disebabkan oleh maulid nabi.
Itu artinya antara judul dan isi
artikel tidak memiliki kesinkronan. Penulis sengaja melakukan hal itu untuk
menipu umat islam agar mereka mengira adanya kejatahan yang disebabkan oleh
maulid nabi.
Kedua; Isi Artikel
Sejarah Kelam Maulid Nabi
a. Tentang Asal
Usul Maulid Nabi
Dalam artikel Sejarah
Kelam Maulid Nabi sipenulis menyebut tiga nama ulama yang ia gelari sebagai
ahli sejarah yaitu Maqrizi, Bakhit Al-Muti’iy dan Ali Mahfudz. Menurut tiga
ulama ini, maulid nabi berasal dari dinasti fatimiyyun. Namun ternyata Wahhabi
melakukan kebohongan publik dengan cara memotong ucapan Maqrizi.
Manakala kita
membaca kelanjutan ucapan Al-maqrizi, maka kita akan tau bahwa selanjutnya
beliau menceritkan bahwasanya para khalifah muslimin, mengadakan perayaan maulid
yang dihadiri oleh para qadhi dari kalangan empat madzhab dan para ulama yang
masyhur.
Berikut
redaksinya yang disembunyikan dan tidak berani ditampilkan wahabi :
فلما كانت
أيام الظاهر برقوق عمل المولد النبويّ بهذا الحوض في أوّل ليلة جمعة من شهر ربيع الأول
في كلّ عام فإذا كان وقت ذلك ضربت خيمة عظيمة بهذا الحوض وجلس السلطان وعن يمينه
شيخ الإسلام سراج الدين عمر بن رسلان بن نصر البلقيني ويليه الشيخ المعتقد إبراهيم
برهان الدين بن محمد بن بهادر بن أحمد بن رفاعة المغربيّ ويليه ولد شيخ الإسلام
ومن دونه وعن يسار السلطان الشيخ أبو عبد الله محمد بن سلامة التوزريّ المغربيّ
ويليه قضاة القضاة الأربعة وشيوخ العلم ويجلس الأمراء على بعد من السلطان فإذا فرغ
القراء من قراءة القرآن الكريم قام المنشدون واحدًا بعد واحد وهم يزيدون على عشرين
منشدًا فيدفع لكل واحد منهم صرّة فيها أربعمائة درهم فضة ومن كلّ أمير من أمراء
الدولة شقة حرير فإذا انقضت صلاة المغرب مدّت أسمطة الأطعمة الفائقة فأكلت وحمل ما
فيها ثم مدّت أسمطة الحلوى السكرية من الجواراشات والعقائد ونحوها فتُؤكل وتخطفها
الفقهاء ثم يكون تكميل إنشاد المنشدين ووعظهم إلى نحو ثلث الليل فإذا فرغ المنشدون
قام القضاة وانصرفوا وأقيم السماع بقية الليل واستمرّ ذلك مدّة أيامه ثم أيام ابنه
الملك الناصر فرج
Artinya: “ Maka ketika sudah pada hari-hari yang tampak dengan ruquq,
diadakanlah perayaan Maulid Nabi di telaga ini pada setiap malam Jum’at bulan
Rabiul Awwal di setiap tahunnya.
Kemduian
Shulthan duduk, dan di sebelah kanannya duduklah syaikh Islam Sirajuddin Umar
bin Ruslan bin Nashr al-Balqini, di dekat beliau ada syaikh al-Mu’taqad Ibrahim
Burhanuddin bin Muhammad bin Bahadir bin Ahmad bin Rifa’ah al-Maghrabi, di
sampingnya lagi ada putra syaikh Islam dan orang-orang selainnya, dan di
sebelah kirinya ada syaikh Abu Abdillah bin Muhammad bin Sallamah at-Tuzari
al-Maghrabi, di sampingnya lagi ada para qadhi dari kalangan empat madzhab, dan
para syaikh ilmu, juga para penguasa yang duduk sedikit jauh dari shulthan.
Jika telah
selesai membaca al-Quran, maka beridrilah para nasyid satu persatu membawakan
sebuah nasyidah, mereka lebih dari 20 orang nasyid, masing-masing diberikan
sekantong uang yang di dalamnya berisi 4000 ribu dirham perak. Dan bagi setiap
amir daulah diberikan kaen sutra.
Dan jika telah
selesai sholat maghrib, maka dihidangkanlah hidangan makanan yang mewah yang
dimakan oleh semuanya dan dibawa pulang. Kemduian
dibeberkan juga hidangan manisan yang juga dimakan semuanya dan para ulama ahli
fiqih.
Kemduian disempurnakan dengan nasyid pada
munsyid dan nasehat mereka sampai sepertiga malam. Dan jika para munsyid
selasai, maka berdirilah para qadhi dan mereka kembali pulang.
Dan diperdengarkan sebuah senandung pujian di
sisa malam tersebut. Hal ini terus berlangsung di masanya dan masa-masa anaknya
yaitu an-Nahsir Faraj.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar : 3 /167)
Jadi menurut
Al-Maqrizi maulid nabi berasal dari dinasti fatimiyyun namun setelah dinasti
syiah rofidhoh itu dihancurkan tradisi maulid nabi diteruskan oleh para
kholifah ahlu sunah wal-jama’ah.
Guru Imam
Nawawi yakni Syekh Syamah menambahkan bahwa maulid nabi tidak hanya dilakukan
oleh kholifah melainkan juga oleh ulama ahlu sunah wal-jama’ah. Kata beliau:
قال العماد:
وكان بالموصل رجل صالح يعرف بعمر الملاَّ، سمى بذلك لأنه كان يملأ تنانير الجص
بأجرة يتقوَّت بها، وكل ما عليه من قميص ورداء، وكسوة وكساء، قد ملكه سواه
واستعاره، فلا يملك ثوبه ولا إزاره. وكن له شئ فوهبه لأحد مريديه، وهو يتجر لنفسه
فيه، فإذا جاءه ضيف قراه ذلك المريد. وكان ذا معرفة بأحكام القرآن والأحاديث
النبوية.كان العلماء والفقهاء، والملوك والأمراء، يزورونه في زاويته، ويتبركون
بهمته، ويتيمنَّون ببركته. وله كل سنة دعوة يحتفل بها في أيام مولد رسول
الله صلى الله عليه وسلم يحضره فيها صاحب الموصل، ويحضر الشعراء وينشدون مدح
رسول الله صلى الله عليه وسلم في المحفل. وكان نور الدين من أخص محبيه يستشيرونه
في حضوره، ويكاتبه في مصالح أموره
Artinya: “Al-‘Ammad mengatakan , “ Di Mosol ada seorang yang shalih yang
dikenal dengan sebutan Umar al-Mulla, disebut dengan al-Mulla sebab konon
beliau suka memenuhi (mala-a) ongkos para pembuat dapur api sebagai biaya makan
sehari-harinya, dan semua apa yang ia miliki berupa gamis, selendang, pakaian,
selimut, sudah dimiliki dan dipinjam oleh orang lain, maka beliau sama sekali
tidak pakaian dan sarungnya.
Jika beliau
memiliki sesuatu, maka beliau memberikannya kepada salah satu muridnya, dan
beliau menyewa sesuatu itu untuknya, maka jika ada tamu yang datang, murid
itulah yang menjamunya.
Beliau seorang yang memiliki pengetahuan
tentang hukum-hukum al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Para ulama, ahli fiqih,
raja dan penguasa sering menziarahi beliau di padepokannya, mengambil berkah
dengan sifat kesemangatannya, mengharap keberkahan dengannya. Dan beliau
setiap tahunnya mengadakan peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi shallahu
‘alaihi wa sallam yang dihadiri juga oleh raja Mosol. Para penyair pun
juga datang menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa
sallam di perayaan tersebut.
Shulthan Nuruddin adalah salah seorang pecintanya
yang merasa senang dan bahagia dengan menghadiri perayaan maulid tersebut dan
selalu berkorespondesi dalam kemaslahatan setiap urusannya “. {Ar-Roudhatain
fii Akhbar ad-Daulatain, Abu Syamah, pada fashal (bab) : Hawadits (peristiwa)
tahun 566 H.}
Menurut Abu
Syamah, Umar Mulla dan Sulthon Nuruddin merayakan maulid nabi. Siapa Sulthon
nuruddin?
Menurut ahli
sejarah kebanggaan wahhabi yakni Adz-dzahhabi Sulthon Nuruddin adalah raja
sunni yang adil yang telah menghancurkan dinasti fatimiyyun.
Dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala 20 / 532 , adz-Dzahabi berkata:
وكان ذلك تحت
إمرة الملك العادل السُّنِّيِّ نور الدين
محمود زنْكِي الذي أجمع المؤرخون على ديانته وحسن سيرته، وهو الذي أباد الفاطميين بمصر واستأصلهم وقهر الدولة الرافضية بها وأظهر السنة وبني المدارس بحلب وحمص ودمشق وبعلبك وبنى المساجد والجوامع
ودار الحديث
Artinya: “Beliau (syaikh Umar) di bawah kekuasaan raja yang adil yang
sunni yaitu Nuruddin Mahmud Zanki yang para sejarawan telah ijma’
(konsesus/sepakat) atas kebaikan agama dan kehidupannya.
Beliaulah yang
telah memusnahkan dinasti Fathimiyyun di Mesir sampai ke akar-akarnya,
menghancurkan kekuasaan Rafidhah, menampakkan (menzahirkan)
sunnah, membangun madrasah-madrasah di Halb, Hamsh, Damasqus dan Ba’labak,
juga membangun masjid-masjid Jami’ dan pesantren hadits.
Tentang Sulthon
Nuruddin, Ibnu Katsir dalam Tarikhya memberi komentar sebagaiberikut:
“Beliau adalah seorang raja yang menegakkan
hokum-hukumnya dengan keadilan yang baik dan mengikuti syare’at yang
suci. Beliau menampakkan sunnah dan mematikan bid’ah di
negerinya. Beliau seorang yang banyak belajar kitab-kitab
agama, pengikut sunnah-sunnah Nabi, akidahnya sahih, pemusnah kemungkaran
dan pelakuknya, pengangkat ilmu dan syare’at.” {Tarikh Ibnu Katsir : 12 / 278}
Jadi menurut
Maqrizi Maulid Nabi adalah tradisi dinasti fatimiyyun. Setelah sultan Nuruddin
menghancurkan dinasti fatimiyyun, kemudian beliau meneruskan tradisi maulid
Nabi. Ini menunjukan bahwa tidak ada Sejarah Kelam Maulid Nabi.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Maulid nabi
berasal dari raja irbil yang bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad
ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir dalam kitab Bidayah Wanihayah 12/287 Ibn Katsir
berkata:
الملك المظفر أبو سعيد كوكبري ، أحد الأجواد والسادات الكبراء والملوك
الأمجاد له آثار حسنة وكان يعمل المولد النبوي الشريف في ربيع الأول ويحتفل به احتفالاً
هائلاً
Artinya:
“Sultan Muzhaffar Al-Kaukabri adalah
salah satu dermawan , pembesar yang memiliki jejak baik. Beliau mengadakan
peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Beliau merayakannya
secara besar-besaran.”
Pernyataan Ibn katsir ini semakin mempertegas bahwa tidak
ada Sejarah Kelam Maulid Nabi.
b. Tentang
Ulama Ahlu Sunah Yang Menentang Dinasti Fatimiyyun
Dalam artikel Sejarah
Kelam Maulid Nabi sipenulis menukil ucapan ‘Abdullah At Tuwaijiriy sebagai berikut:
‘Abdullah
At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam kitabnya ‘yang
menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’, beliau menyebutkan
bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi.
Cara beragama mereka lebih parah dari
Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali
sebagai ilah (Tuhan yang disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali
memiliki kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan
Nashrani.
Al
Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar
mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu Hamid Al
Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnyaFadho-ihul
Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al Hawliyah, 142-143)
Tanggapan:
Imam Abu Bakar
Al-Baqilani dan Imam Ghozali adalah dua tokoh ulama asyariyah yang telah
dinilai sesat oleh wahhabi. Namun di sini mereka menyebut keduanya sebagai
ulama ahlu sunah wal-jamaah.
Saya heran
dengan Wahhabi, mereka menuduh Asyariyah sebagai aliran sesat, namun dengan
tanpa rasa malu mereka menukil ucapan ulama Asyariyah.
Penting diketahui
bahwa yang ditentang oleh Imam Abu Bakar Al-Baqilani dan Imam Ghozali bukan
maulid nabi melainkan aqidah dinasti fatimiyun. Sangat lucu jika ucapan dua
ulama asyariyah tersebut dicatut untuk mengisi artikel Sejarah Kelam Maulid Nabi. Mengapa? Sebab keduanya tidak menolak maulid nabi.
Untuk menipu
umat islam, wahhabi melakukan kebohongan publik dengan menyebut maulid nabi
sebagai sarana untuk menyebarkan aqidah dinasti fatimiyun.
Mereka tidak
sadar jika kebongongan itu justru meruntuhkan artikel Sejarah Kelam Maulid Nabi. Sebab maulid nabi yang dilakukan oleh umat islam saat ini
bukan untuk menyebarkan akidah dinasti fatimiyyun melainkan untuk menginformasikan
sejarah Nabi Muhammad SAW dan ajaran islam lainnya.
Oleh karena itu
dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk lagi saya katakan bahwa tidak ada Sejarah
Kelam Maulid Nabi. Adapun artikel Sejarah Kelam Maulid Nabi yang
ditulis oleh Muhammad Abduh hanya merupakan fitnah semata. Wallohu a’lam.
Comments
Post a Comment